Tarif angkutan itu, tanggung jawab siapa??

Diposting pada

PB beberapa hari lalu, tepatnya pas hari kemerdekaan Indonesia. Telah melakukan perjalanan keluar kota dengan BUS, seperti biasanya selalu menggunakan PATAS. Jika memang kebetulan route yang dilalui ini ada. Sudah beberapa kali sebenarnya PB mengalami kejanggalan dan ke anehan ini. Namun kok keterusan, kalau begini ini namanya apa? Awal kira PB adalah suatu kesalahan kecil saja, ternyata tidak.

Waktu berangkat naik BUS PO. Kalisari, dengan tarif Rp.26.000,-(tarif lebaran). Berangkat pagi dari Surabaya ke Malang, karena ada urusan di Malang siang harinya. Namun karena sore sudah selesai urusan, lalu kembali ke Surabaya. Waktu itu dengan Bus Patas PO. HAZ namun anehnya bayar Rp.30.000,-/orang. PB tanya ke kondekturnya, “Loch, pak kok 30 ribu?? Apa gak 26 ribu??” si Kondektur jawab ” Nggak pak, sudah naik 30 ribu“. Nah loch, aneh wong padahal tadi pagi masih Rp.26.000,-? Padahal jauhnya route, Surabaya-Malang (PP) itu sama. Ya sudah, PB orangnya males berdebat. Selisih Rp.4000,- dibiarkan begitu saja.

Ini ticket yang seharga Rp.30.000,- (PO. HAZ)
Ini ticket yang seharga Rp.30.000,- (PO. HAZ)

Begitu lagi, selang 1 hari (hari ke 2 berikutnya). PB ada urusan lagi ke Malang, waktu itu berangkat agak siang. Dengan menggunakan BUS Patas lagi, namun dengan PO. Medali Mas. Bayarnya Rp.26.000,-/orang, nah looo…masak tarifnya turun lagi? Atau kalau sedang sepi penumpang, si kondektur punya hak menaikan tarif? PB mulai bingung, bukan bingung soal uang Rp.4000,-nya. Namun soal konsisten tarif angkutan umum ini, kok kesannya amburadul macam begini? Ini BUS PATAS loch, yang kesannya harus lebih rapi dan bonafid dari Bus ekonomi. Namun kenyataanya kok amburadul macam begini, mau dibawa kemana ini angkutan umum Indonesia?

Ini ticket yang seharga Rp.26.000,- (PO. Medali Mas)
Ini ticket yang seharga Rp.26.000,- (PO. Medali Mas)

Ingat waktu musim mudik lebaran kemarin, pemerintah bergembor-gembor ria soal larangan naik R2 untuk mudik. Lebih disarankan naik angkutan umum, nah kalau angkutannya macam begini. Siapa orang yang nggak males, kalau suruh naik angkutan umum? Kalau tidak sangat terpaksa. Kalau ngasih himbauan itu, mbok ya dibarengi survey lapangan to ya-yaaa…. πŸ‘Ώ

Satu lagi cerita unik, namun menjengkelkan sekali. Di terminal Arjosari-Malang, route Busnya untuk yang jurusan keBlitar itu selalu saja dipermainkan. Keberangkatan bukan lagi diatur oleh Dinas Dishub, melainkan premanisme. Kalau pas arus rame (biasanya weekend, atau libur panjang) ada bus jurusan Blitar standby, dibilangnya tidak berangkat a.k.a masuk garasi. Nunggu Bus yang lain dateng, dengan posisi sudah banyak penumpang. Padahal waktu sampai di Blitar, ternyata bus yang dibilang tidak berangkat tadi juga datang dengan selisihΒ Β±5menit. walhasil waktu naik tadi, penumpang oyok-oyok’an berebut tempat kursi.

Nah lucunya lagi, ketika menang mendapat tampat duduk. Walaupun turunya nggak sampai Blitar, harus bayar penuh sampai Blitar Rp.15000,-/orang. Bener-bener menggelikan sekali kok angkutan umum Indonesia ini, sampai kapan mau terus-terusan begini? Tanpa ada campur tangan dinas terkait, kesannya benar-benar amburadul dan sangat menjengkelkan. Jauh sekali dari kesan nyaman dan aman.

Apakah hal semacam ini di ketahui oleh dinas terkait namun dibiarkan, atau benar-benar tutup mata soal ini? Bagaimana kalau daerah lainnya, para kawan komentator atau blogger yang lain? Monggo share pengalamannya, semoga bisa menjadikan pembenahan pihak dinas terkait. terimakasih πŸ˜€

23 komentar

          1. Kalau naik bis sebaiknya kita gak nanya tarifnya brp mas, mending nanya sama orang disamping, trs bayarlah pake uang pas…. biar gak kena tepu kondektur..

      1. SK saya nggak pernah… training di Akas II cuma sebulan ,waktu Akas II belum terpecah belah seperti sekarang
        SK sudah ganti nama jadi SR sekarang,to..?

Tinggalkan Komentarnya,kawan!!